Halaman

SOLUSI PANEN MELIMPAH

Hasil panen yang melimpah merupakan dambaan para petani dan pengusaha agribisnis. Untuk mendapatkan hasil panen yang melimpah, banyak usaha yang dilakukan oleh para petani dan para pengusaha agribisnis. Mulai dari memilih lokasi dan waktu tanam yang cocok, menyediakan bibit yang berkualitas, pemberian pupuk yang berkualitas dalam jumlah cukup, penyiangan, pemeliharaan tanaman, penyemprotan pestisida, dll. Semua usaha dikerahkan untuk mendapatkan hasil yang di inginkan. Namun kadang hasil panen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan. Ada kalanya gagal panen bisa terjadi. Dan bila hal itu terjadi maka, hasil kerja selama berbulan – bulan sungguh menjadi sia – sia dan tidak maksimal. Akhirnya petani dan para pelaku bisnis lah yang menelan kerugian. Sebaliknya bila hasil panen melimpah maka terbayar sudah semua usaha yang dilakukan selama ini.
Salah satu factor penentu hasil panen yang melimpah adalah penyediaan pupuk yang berkualitas baik. Saat ini telah ditemukan sebuah rangkaian produk yang bisa membantu para petani dan para pengusaha agribisnis agar bisa memberikan hasil panen yang melimpah. Produk ini sudah di ujicoba dan di aplikasikan oleh para petani di seluruh Indonesia. Banyak dari para petani yang merasakan manfaatnya dari pupuk ini. Berbagai pendapat bermunculan mengenai kehebatan dari pupuk ini karena terbukti secara nyata meningkatkan hasil panen dan kualitas panen mereka, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan mereka.

Produk tersebut adalah 
HANTU ( hormon tanaman unggul ) dan JAGO TANI.

HANTU Multiguna Exclusive terbuat dari sari tumbuhan alami( herbal) berbentuk cream cair / pekat berwarna putih kelabu. Digunakan dengan cara penyemprotan.
HANTU Multiguna Exclusive menjadikan tanaman mempunyai daya tahan dan melebihi perkembangan standar. terutama pada daun jadi lebar padat berisi, tunas akan bermunculan, bunga akan muncul,dari semua pori-pori pohon, buah akan padat berisi, batang akan mengalami pemekaran sel-selnya, akar akan berkembang pesat.

Manfat HANTU dan JAGO TANI
  1. Daun : Mempercepat pertumbuhan daun jadi lebat, keras, padat, lebar, tebal, berisi,mengkilap. Muncul   warna asli dan tidak mudah rontok.
  2. Batang : Mempercepat perkembangan batang dalam melakukan pembelahan sel, sehingga cepat besar, kokoh dan berurat.
  3. Bunga : Mempercepat keluarnya bunga, kuncup disetiap pori pembuahan dan tidak mudah gugur.
  4. Buah : Mempercepat putik bunga menjadi buah. Buah lebih padat, besar dan berisi, semakin lezat dan beraroma.
  5. Akar : Mempercepat pertumbuhan akar baru dan kokoh.
  6. Tunas : Mempercepat keluarnya tunas-tunas dan anakan baru pada setiap pori-pori.
  7. Tanah : Memperbaiki struktur tanah yang rusak.

Cara Aplikasi dan Dosis Pemakaian HANTU dan JAGO TANI
penyemprotan secara kabut dan jadwal penyemprotannya adalah sebagai berikut :

  1. JENIS SAYUR MAYUR. Seperti: Asparagus, Tomat, Buncis, Kacang Panjang, Cabai, Bawang Merah/Putih, Seledri, dll. Penyemprotan 7-10 hari 1 kali dengan takaran 2 ml (per ml 1 sendok teh kecil) hantu dicampur air 1 liter.
  2. JENIS TANAMAN BUAH BATANG MERAMBAT. Seperti: Anggur, Apel, Berry, Semangka, Melon, Mentimun, Merica, dll. Lakukan penyemprotan pada bulan pertama 7-10 hari 1 kali, Pada bulan selanjutnya lakukan penyemprotan 10-20 hari 1 kali dengan takaran 2 ml (per ml 1 sendok teh kecil) hantu dicampur air 1 liter.
  3. JENIS TANAMAN BUAH BATANG KERAS. Seperti: Lengkeng, Rambutan, Jambu, Jeruk, Belimbing, dll. Lakukan penyemprotan pada bulan pertama 7-10 hari 1 kali, Pada bulan selanjutnya lakukan penyemprotan 20-30 hari 1 kali dengan takaran 5 ml (per ml 1 sendok teh kecil) hantu dicampur air 1 liter.
  4. JENIS TANAMAN PALAWIJA. Sepert: Jagung, Kacang Hijau, Padi, Umbi-umbian, Kacang tanah,dll. Lakukan penyemprotan pada bulan pertama 7-10 hari 1 kali, Pada bulan selanjutnya lakukan penyemprotan 15-20 hari 1 kali dengan takaran 4 ml (per ml 1 sendok teh kecil) hantu dicampur air 1 liter.
  5. JENIS TANAMAN PERKEBUNAN. Seperti : Kelapa Sawit, Cengkeh, Karet, Kopi, Kakao, Rotan, Gaharu, dll. Lakukan penyemprotan pada bulan pertama 7-10 hari 1 kali, Pada bulan selanjutnya lakukan penyemprotan 20-30 hari 1 kali dengan takaran 5 ml (per ml 1 sendok teh kecil) hantu dicampur air 1 liter.
  6. JENIS TANAMAN HIAS. Seperti: Aglonema, Keladi, Anthurium, Senthe, Anggrek,dll. Penyemprotan 7-10 hari 1 kali dengan takaran 2 ml (per ml 1 sendok teh kecil) hantu dicampur air 1 liter.
Jadwal penyemprotan JAGO TANI dilakukan sebelum tanaman berbuah yaitu pada saat tanaman sudah berumur 50 HST ( hari setelah tanam ) dan aplikasinya di campur dengan HANTU

Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada 
  1. pagi hari sebelum jam 10.00 atau
  2. sore hari setelah jam 16.00.









Harga HANTU per Liter ( 1.000 ml ) HANYA = Rp. 120.000










Harga JAGO TANI per Liter ( 1.000 ml )  HANYA = Rp. 120.000


Untuk pemesanan silahkan Hubungi SEKARANG JUGA
Ibu Hermi Tan 085648231888 

atau kirimkan email ke kami di hokkyplus@yahoo.com


HASIL PEMAKAIAN HANTU DAN JAGO TANI











Manfaat Pertanian Organic

Adapun manfaat pertanian organik adalah :
1.    Memperbaiki struktur dan kualitas serta mempertahankan kesuburan fisik, biologi dan kimia tanah.
*     Secara Fisik
a.    Kondisi fisik tanah semakin lama semakin gembur sehingga mempermudah dalam pengolahan tanah.
b.    Difusi O2 atau aerasi akan lebih banyak sehingga proses fisiologi di akar akan lebih baik.
c.    Mempermudah penyerapan dan penyimpanan air dalam tanah sehingga dapat menghindari terjadinya erosi tanah
d.    Penyerapan energi sinar matahari lebih banyak sehingga suhu tanah bisa terjaga dengan baik.

*     Secara Kimia
a.    Pertanian organik menggunakan kompos sebagai bahan utama penyubur tanaman dan kompos ini menyediakan unsur hara makro, mikro serta mineral yang sangat lengkap dan dibutuhkan oleh tanaman.
b.    Memperbaiki dan menjaga kestabilan Ph tanah.
c.    Memperbaiki dan meningkatakan produktivitas tanaman pada tanah asam.
d.    Meningkatkan humus yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kandungan hara makro dan mikro tanah.
e.    Meningkatkan kapasitas tukar kation
f.     Membantu menetralisir unsur hara yang bersifat merugikan seperti Al, Fe, dan Mn dengan meningkatkan kemampuannya bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa kompleks.
g.    Mencegah hilangnya unsur hara dalam tanah akibat proses pencucian oleh air hujan atau air irigasi.
*     Secara Biologi
a.    Mendorong peningkatan dan perkembangan jumlah mikrobiologi tanah yang menguntungkan.
b.    Mendorong percepatan proses dekomposisi bahan organik oleh mikro – organisme yang menguntungkan sehingga proses fotosintesis tanaman dapat berlangsung dengan sangat baik.
c.    Menciptakan bioaktivator melalui pemanfaatan mikro – organisme tanah.

2.  Menghasilkan makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat.
3.    Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani, karena petani akan terhindar dari paparan (exposure) polusi yang diakibatkan oleh digunakannya bahan kimia sintetik dalam produksi pertanian.
4.    Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian.
5.    Menghemat energi minyak dalam proses pengolahan.
6.    Menjaga kemurnian kualitas air tanah
7.   Meminimalkan perubahan iklim global karena emisi gas rumah kaca (greenhouse gas emission).
8.    Mengurangi jumlah limbah melalui daur ulang limbah menjadi pupuk organic.
9.    Menciptakan dan menjaga keanekaragaman hayati.
10. Hemat biaya, tenaga dan waktu.

Pertanian Organic, Pertanian Masa Depan

PERTANIAN ORGANIC

Latar Belakang

Pertanian organic beberapa tahun terakhir ini menjadi tren di kalangan masyarakat, petani, pemerintah dan bahkan beberapa NGO yang bergerak dibidang pertanian pun ikut menggalakan pertanian organic. Hal ini dilatarbelakangi oleh banyak factor. Salah satunya karena dampak negative dari penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang ternayata semakin merusak tanah dan lingkungan. 

Departemem Pertanian (2004) menyatakan bahwa pemakaian pupuk dan pestisida anorganik yang telah berlangsung hampir selama 35 tahun ini telah diakui banyak menimbulkan kerusakan, baik terhadap struktur tanah, kejenuhan tanah, terhadap air, terhadap hewan, dan terhadap manusia. Menurut Reijntjes, etal. (1992), penggunaan input luar (pupuk dan pestisida sintetsi) telah mengakibatkan:

1. Terganggunya kehidupan dan keseimbangan tanah, meningkatkan dekomposisi bahan organik, yang kemudian menyebabkan degradasi struktur tanah, kerentanan yang lebih tinggi terhadap kekeringan dan keefektifan yang lebih rendah dalam menghasilkan panenan. Aplikasi yang tidak seimbang dari pupuk mineral nitrogen yang menyebabkan bisa juga menurunkan pH tanah dan ketersediaan fospor bagi tanaman.

2. Penggunaan pupuk buatan NPK yang terus menerus menyebabkan penipisan unsur-unsur mikro seperti seng, besi, tembaga, mangan, magnesium, molybdenum, boron yang bisa mempengaruhi tanaman, hewan, dan kesehatan manusia. Bila unsur mikro ini tidak diganti oleh pupuk buatan NPK, produksi lambat laun akan menurun dan munculnya hama dan penyakit akan meningkat (Sharma, 1985; Tandon, 1990).

3. Setiap tahun ribuan penduduk teracuni oleh pestisida, dimana kira-kira setengahnya adalah penduduk dunia ketiga. Misalnya, pada tahun 1983 kira-kira 2 juta manusia menderita karena keracunan pestisida, dan 40.000 orang diantaranya berakibat fatal (Schoubroeck et al., 1990). Karena toksisitasnya, banyak jenis pestisida, misalnya DDT, dilarang digunakan di negara-negara maju. Namun jenis-jenis ini masih digunakan di Negara – Negara berkembang.

4. Dari waktu ke waktu, hama menjadi resisten terhadap pestisida, yang kemudian memaksa penggunaan pestisida dalam dosis yang lebih tinggi. Akhirnya, perlu dikembangkan pestisida baru dan ini merupakan suatu proses yang sangat mahal. Resistensi hama ini semakin berkembang cepat di daerah tropis daripada di daerah beriklim sedang, karena proses biologisnya berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi. Pada tahun 1984, sebanyak 447 jenis serangga dan tungau, 100 patogen tanaman, 55 jenis gulma, 2 jenis nematoda, serta 5 jenis hewan pengerat kebal pestisida (Gips, 1987).

5. Pestisida bukan hanya membunuh mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan pada tanaman, namun juga membunuh mikroorganisme yang berguna, seperti musuh alami hama. Serangan hama primer dan sekunder bisa meningkat setelah pestisida membunuh musuh alaminya (resurgensi).

6. Hanya sebagian kecil pestisida yang dipakai di lahan mengenai mikroorganisme yang seharusnya dikendalikan. Sebagian besar pestisida itu masuk ke tanaman (komoditas), udara, tanah, atau air, yang bisa membahayakan kehidupan mikroorganisme lain. Mikroorganisme air, khususnya, sangat peka terhadap pestisida sintetis.

7. Pestisida yang tidak mudah terurai, akan terserap dalam rantai makanan dan sangat membahayakan serangga, hewan pemakan serangga, burung pemangsa, dan pada akhirnya manusia.

8. Menurut Sulistyowati (1999), menyatakan bahwa akibat penggunaan pupuk kimia, tanah menjadi keras, sehingga energi yang dibutuhkan untuk mengolah tanah menjadi lebih berat. Cacing-cacing tanah yang berfungsi menggemburkan tanah secara alami tidak mampu mengikuti kecepatan penguraian yang diperlukan manusia. Pupuk anorganik selain dapat menurunkan kandungan bahan organik dalam tanah ternyata menyebabkan kecenderungan penurunan pH pada lahan pertanian. Pemakaian pupuk kimia seperti urea dan ZA secara terus menerus membuat kondisi tanah semakin masam. Penggunaan pupuk N-sintetik secara berlebihan juga menurunkan efisiensi P dan K serta memberikan dampak negatif seperti gangguan hama dan penyakit (Musnamar,2003).

Dan masih banyak lagi efek negative dari pertanian modern yang menggunakan input pupuk kimia dan pestisida kimia yang tidak terukur atau sesuai dengan aturan.

Definisi Pertanian organic 

Pertanian organik memiliki istilah (terminologi) yang beragam. Menurut Sulistyowati (1999), sedikitnya terdapat tiga istilah pertanian organik. 

1. di Jepang, pertanian organik dikenal dengan istilah pertanian alami, yang oleh Manasobu Fukuoka disebut sebagai bertani tanpa kerja, dengan prinsip dasar:
(1) tanpa olah tanah sehingga aktivitas tanah yang bersifat produktif tidak terganggu oleh intervensi manusia melalui, misalnya: cangkul dan bajak; 
(2) tanpa pupuk kimia atau kompos buatan;
(3) tanpa menyiangi gulma
(4) tidak bergantung pada bahan-bahan kimia. 

2. Pertanian organik juga dikenal dengan istilah pertanian ekologis, seperti yang banyak dikenal dalam masyarakat tradisional. Pertanian ini dikelola dengan prinsip-prinsip keseimbangan lingkungan melalui pemeliharaan dan pengayaan keanekaragaman hayati serta pelestarian sumber daya dan teknologi lokal. 

3. Pertanian biologis dan permaculture. Tetapi esensi dari semuanya adalah sama, yaitu pola pertanian yang selaras dengan kaidah – kaidah (hukum) alam. Filosofinya adalah alam memiliki kemampuan dan caranya sendiri untuk memenuhi kebutuhan makanan (pangan) bagi manusia. Peran manusia hanyalah mengusahakan suatu keseimbangan yang memungkinkan berlangsungnya proses - proses alamiah dalam suatu lingkungan pertanian sehingga alam akan mampu berproduksi secara optimal dan berkelanjutan. 

Internasional Federation of Organic Agricultural Movement (IFOAM) dalam Avivi (2001), mendefinisikan pertanian organik sebagai suatu proses produksi makanan dan serat yang dilakukan dengan cara-cara yang dapat diterima secara sosial, menguntungkan secara ekonomi, dan berkelanjutan secara agroekosistem.

Ciri – ciri pertanian organic

1. Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO = genetically modified  organisms). 

2. Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis. Pengendalian gulma, hama dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis, dan rotasi tanaman. 

3. Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh  (growth regulator) dan pupuk kimia sintetis. Kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan dipelihara dengan menambahkan residu tanaman, pupuk kandang, dan batuan mineral alami, serta penanaman legum dan rotasi tanaman. 

4. Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis dalam makanan ternak. 

Menurut Sudaryanta (1999), secara teknis pertanian organik mengikuti beberapa metode dasar, seperti:

1. Peniadaan Penggunaan Input Kimiawi Eksternal. Penggunaan input eksternal seperti pupuk buatan (urea, TSP, dan KCL), pestisida dan bahan kimia sintetik lain (misalnya, hormon pengatur tumbuh) dihindarkan. Hal tersebut disebabkan karena penggunaan bahan-bahan kimia tersebut dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan manusia.

2. Pengolahan Tanah Secara Minimal (Minimum Tillage}. Artinya, tanah sedapat mungkin diolah sedikit mungkin. Pengertian "sedikit mungkin" mempunyai kriteria tertentu, yang metodenya tergantung pada luas lahan budidaya yang ada. Selain itu, pengolahan tanah harus disesuaikan dengan kondisi tanah dan sifat tanaman itu sendiri. Misalnya, pengolahan tanah untuk tanaman wortel akan sedikitt berbeda dengan pengolahan tanah untuk tanaman kacang-kacangan.

3. Pergiliran atau Rotasi Tanaman. Pergiliran tanaman adalah pengaturan sistem penanaman tanaman budidaya secara bergantian pada suatu areal dalam waktu yang berlainan dan berurutan. Pergiliran tanaman dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan input-output berbagai unsur hara di dalam tanah dan untuk memutus siklus hidup hama-penyakit. Dengan adanya pergiliran, kualitas keseimbangan ekosistem pada suatu areal pertanian dapat ditingkatkan.

4. Penerapan Sistem Poli/Multikultur (Tumpang Gilir dan Tumpang Sari). Sistem polikultur secara sederhana dapat diartikan sebagai penanaman beberapa jenis tanaman yang mempunyai keterkaitan (baik secara fisik, biologi, dan kimia) pada suatu areal lahan dengan tujuan untuk mengendalikan hama penyakit. Sebagai misal, dalam suatu petakan lahan jenis tanaman bisa antara 10 hingga 20 jenis sesuai dengan kondisi tanah dan iklim setempat. Pada tiap bedengan dapat ditanam 3-5 jenis tanaman yang berbeda - beda. Dengan sistem polikultur, kualitas keseimbangan ekosistem akan meningkat, karena tanaman yang ditanam jenisnya beraneka ragam.